Menatap Timur Tengah Agar Tak Jengah*


YTB bersama dengan ORSAM sebagai salah satu lembaga riset yang fokus pada pembahasan isu dalam dan luar negeri lingkup timur tengah setiap tahunnya mengadakan program summer school untuk mahasiswa asing dan yang lulus seleksi pendaftaran. Tahun ini, program tujuh hari seminar dilaksanakan di empat kota berbeda walaupun isi materi dan packaged acara disiapkan sama, yakni di kota Ankara, Trabzon, Sakarya dan Çanakkale. Pendaftar program ini jauh-jauh sebelumnya harus melalui seleksi berkas pendaftaran online dan formulir pendaftaran peserta. Umumnya, mereka memilih untuk meloloskan peserta berasal dari mahasiswa tingkat akhir dan mahasiswa paska sarjana—khususnya lagi yang tertarik dengan kajian mengenai isu luar negeri wilayah timur tengah.

ORSAM yaz okulu seminerler
ORSAM yaz okulu seminerler

Bahasan kajian selama seminar dan diskusi juga sangat menarik untuk digali, dan lebih mudah dicerna terutama bagi mahasiswa jurusan ilmu hubungan internasional, politik ekonomi, atau sosiologi. Namun tidak menutup kemungkinan mahasiswa lintas jurusan bergabung dalam program ini karena bahasan yang luas mencakup: Tendensitas Baru Politik Luar Negeri Turki, Arab Spring dan Turki, Struktur Pembangun Ekonomi Timur Tengah, Masalah-masalah Israel-Palestina, Hubungan Politik dan Agama di Timur Tengah, Dinamika Berbagai Mahzab dan Pergerakan Islam, Revolusi Pemikiran Geopolitik, Refleksi Negara-negara Lingkung Arap Spring, Politik Luar Negeri Turki di Timur Tengah, Situasi Terkini Masalah Irak dan Turkmenistan, Dinamika Dalam Negeri Syiria dan Libanon, Permasalahan Air di Timur Tengah, Politik Timur Tengah Turki dan Iran, Politik dan Luar Negeri Iran, Pergerakan Kebangkitan Persatuan Negara-negara, Energi di Timur Tengah, dan bahasan diskusi menarik lainnya.
Penulis beserta sekitar 50 peserta terpilih lainnya baik mahasiswa Turki maupun mahasiswa asing penerima beasiswa YTB diasramakan selama sepekan di lokasi acara yang di tunjuk, untuk peserta kontingen Çanakkale diasramakan di asrama swasta Ardes Özel Yurdu, sementara lokasi acara berada di kompleks kampus Çanakkale Onsekiz Mart Üniversitesi (ÇÖMÜ) tepatnya di Dardanos Yerleşkesi.
Penulis yang memang berasal dari core-competence diluar kajian timur tengah, diajak untuk mengenal lebih jauh apa itu timur tengah dan problematikanya juga dikaitkan dengan Turki, negara antara dua benua yang sedikit banyak memiliki peran dalam isu luar negeri timur tengah. Pembicara dalam seminar tidak hanya dari para praktisi dan akademisi bidang hubungan internasional namun juga para akademisi lintas kajian. Sebut saja, Prof. DR. Sedat Laçiner sebagai rektor Çanakkale Onsekiz Mart Üniversitesi (ÇÖMÜ) yang turut membuka cakrawala pemahaman mengenai timur tengah, Asc. Prof. Şaban Kardaş ketua lembaga kajian ORSAM, Prof. Dr. Şaban Ali dari Fakultas Teologi Ankara University, dan banyak lagi pembicara lainnya masing-masing memberikan pemaparan rumit dan menariknya timur tengah.
Jika membahas mengenai timur tengah, akan selalu ada ide-ide awal yang melekat terlintas pertama kali, dan berputar pada ide bahwa yang identik dengan timur tengah adalah: (1) islam/muslim; (2) teroris; (3) konflik/perang. Apakah benar timur tengah sudah dinotifikasi sedemikian negatifnya? Timur tengah atau middle east bukan merupakan pecahan geografis selayaknya membagi benua menjadi lima. Timur tengah merupakan sebutan yang menarik negara-negara yang memiliki kesamaan keterkaitan, meliputi geografis maupun bahasan geopolitiknya.

Permasalahan Air di Timur tengah oleh Asc. Prod. Tuğba Maden
Permasalahan Air di Timur tengah oleh Asc. Prof. Tuğba Maden

Sejarahnya, istilah timur tengah atau middle east pertama kali disebutkan oleh seorang Inggris abad pertengahan bernama Alfred Thaye Mahan dalam bukunya The Influence of Sea Power Upon History (1660-1783) yang menyebutkan hukum laut, siapa yang menguasai laut, dialah yang menguasai dunia. Umumnya memang negara timur tengah berhimpitan dengan laut, entah Palestina, Mesir, Iran, Irak, Syiria, Libanon, Kazakistan, bahkan Turki sekalipun. Dalam sumber lain disebutkan, istilah middle east mulai dikenal karena Vanatine I Chirol menulis dalam bukunya yang berjudul The Middle Eastern Question or Some Potential Problems of Indian Defence yang sedikit banyak menyimbolkan timur tengah dengan kata kunci “potensi masalah”, “indian barbar”, dst.
Padahal disisi lain, timur tengah faktanya dahulu adalah memang pemegang kekuasaan baik ilmu pengetahuan, kekayaan, dan peradaban dunia. Di timur tengah-lah pertama kalinya peradaban dunia dan peradaban agama muncul. Pusat peradaban dunia di timur tengah misalnya Romawi, Mesopotamia, Mesir, Canaan (wilayah Palestina, Syiria, dst). Di Quds inilah juga dikenal sebagai pusat keagamaan (Din merkezi). Di timur tengah pula, puluhan-ratusan nabi dan Rasul diutus karena merupakan negara dengan banyak berkah.
Sayangnya, jika perspektif dibalik dengan pernyataan: “Tidak, di timur tengah banyak diutus nabi dan rasul karena disanalah banyak sumber masalah muncul ”, maka akan setujukah kita? Paradigma timur tengah sebagai kawasan penuh masalah dimulai ketika Eropa mulai menyatakan diri sebagai wilayah yang tercerahkan (illuminated place) sehingga mendikotomikan timur tengah sebagai kawasan gelap penuh permasalahan—sebut saja, konflik saudara, perang, konflik minyak, kemiskinan, disparitas kekayaan, terorisme, dan seterusnya.
Lalu benarkah menyebutkan Turki sebagai salah satu negara timur tengah sementara saat ini Turki bahkan sedang memantaskan dirinya masuk kesatuan Eropa? Apakah karena Turki telah membuktikan dirinya tidak penuh masalah? Atau justru masuknya Turki ke Uni Eropa berarti melarikan diri dari masalah? Konflik Arap Spring yang mulai terjadi pada beberapa negara yang ingin melepaskan diri dari kemonarkian atau kediktatoran kepemimpinan lama negaranya membuat Turki juga termasuk di dalamnya. Bukankah sudah mulai terdengar di Turki kejenuhan dipimpin oleh pemimpin tunggal? Bukankah Turki sudah banyak diseret masuk dalam keterkaitannya dengan problematika Syiria, Palestina, Irak, Libanon dan seterusnya?
Akhirnya, memandang timur tengah haruslah dengan kacamata yang luas. Ada poin-poin geografi, sosio-ekonomi masyarakat yang dewasa ini menjadi sumber masalah di timur tengah. Setidaknya, perebutan wilayah Palestina dan Israel, persengketaan mahzab Sunni-syiah di Irak, atau permasalahan sumber daya alam–minyak atau air. Di dalam permasalahan timur tengah ada banyak aktor yang bermain, baik negara, organisasi-organisasi internasional ataupun organisasi wilayah dalam negeri. Oleh karenanya, jangan sampai dikatakan bahwa permasalah timur tengah melulu soal air (baik air maupun minyak) sehingga berujung pada air (darah). Ironisme bagi muslim/islam yang dilekatkan pada nama timur tengah.
Maka Turki, yang memainkan peran sebagai negara di kawasan timur tengah dengan cakar kekuatannya sudah mulai tertancap di mata dunia luas terutama Eropa, memiliki tugas besar menjaga keseimbangan. Boleh jadi Turki dengan gaya pemerintahan seperti sekarang ini bisa menjadi penghapus trauma bahwa Islam tak melulu terbelakang, tak harus selalu dikaitkan dengan perang, konflik dan terorisme.
Mahasiswa asing dalam lingkungan hidup internasional memiliki tantangan untuk berpikir global namun tetap kritis dan berorientasi lokal. Boleh jadi ketika label negatif diletakkan pada negara timur tengah yang kebanyakan muslim, mungkin saja dunia juga menatap hal negatif yang sama pada negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, Indonesia, jika warga negaranya, pemeluk agama Islamnya tak juga memancarkan keselamatan Islam yang damai dan lurus.

selfie time
selfie time

*Ditulis oleh Fatimah Azzahra (mahasiswa S2 Teknik Pangan Uludag University, Bursa, Turki) dan Taufiq Ismail (mahasiswa S2 Sejarah Agama Uludag University, Bursa, Turki)

tulisan ini telah dimuat di http://bursa.ppiturki.org/menatap-timur-tengah-agar-tak-jengah/

Leave a Reply Here

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑